Sejarah Ketegangan Rusia dan Ukraina | Dimulai tahun 2013
Asal mula ketegangan antara Rusia dan Ukraina dimulai pada akhir tahun 2013. Dua negara serumpun bertetangga Rusia dan Ukraina mengalami konflik internal pada tahun 2013 akhir. Konflik ini terjadi antara presiden Ukraina dan rakyatnya saat itu. Sementara Vladimir Putin juga ikut mengintervensi konflik Presiden Ukraina agar tidak ikut Uni Eropa dalam kerjasama apapun. Putin menawarkan kerjasama secara internal antara Rusia dan Ukraina. Hal itu kemudian membuat Presiden Ukraina saat itu Victor Yanukovyc membatalkan kerjasamnya dengan Uni Eropa. Rakyatpun marah terhadap Yanukovyc (BBC, 2014). Menurut pendapat rakyat, bergabungnya Ukraina ke Uni Eropa akan memberikan dampak ekonomi yang semakin maju.
Akibat intervensi Presiden Rusia saat itu, timbulah perpecahan antara Ukraina dan Rusia. Putin mengintruksikan militernya untuk bergerak ke perbatasan dengan tujuan berjaga-jaga (CNN, 2015). Pergerakan yang dilakukan Putin seolah membuat rakyat Ukraina marah dan menganggap sebagai aksi peperangan. Pasukan Rusia perlahan memasuki wilayah Ukraina melalui Crimea. Keputusan Rusia ikut mengintervensi Ukraina membuat negara-negara di dunia merespon aksi yang telah dilakukan Rusia. Berbagai sanksi ekonomi, kunjungan dari dan ke Rusia terpaksa dinon-aktifkan oleh berbagai negara.
Hal itu kemudian memaksa rakyat Ukraina berdemo untuk melengserkan Presiden yang pro kepada Rusia Victor Yanukovyc. Semakin banyaknya demonstran membuat presiden Yanukovyc mengeluarkan UU yang berisi pelarangan demonstran terhadap pemerintah. UU ini pun menambah rakyat Ukraina murka dan mulai terjadi aksi kericuhan di berbagai sudut kota Kiev.
foto : DW |
Kericuhan kelompok Maidan untuk menggulingkan Presiden Ukraina saat itu membuat aparat Ukraina memberikan perlawanan pada 22 Januari 2014. Dilporkan telah menewaskan 3 orang secara sia-sia. Uni Eropa mengecam tindakan aparat Ukraina terhadap demostran yang menyebabkan hubungan keduanya renggang.
Menanggapi kondisi negaranya yang krisis, Presiden Yanukovyc akhirnya melakukan tatap muka pertemuan dengan para demonstran di tanggal 21 Februari 2014. Namun setelah pertemuan dengan demonstran, presiden Yanukovyc menghilang tidak tahu keberadaannya. Atas aksi yang dilakukan Presiden Yanukovyc yang menghilang, parlemen Ukraina pun bertindak dengan rencana pemilihan presiden baru di bulan Mei 2014. Untuk meredupkan krisis yang terjadi, parlemen Ukraina mengeluarkan 3 pernyataan kepada publik dengan mengangkat presiden sementara yaitu Olexander Turchynov, Unit polisi Berkut dinyatakan bersalah atas kematian demonstran, dan yang ketiga pelarangan bahasa Rusia di Ukraina.
Pada pernyataan ketiga inilah menjadi titik polemik di berbagai wilayah Ukraina. Bagaimana mungkin, masyarakat yang serumpun dan menggunakan bahasa sehari-hari Rusia di Ukraina terutama di perbatasan rela meninggalkan budayanya. Perpecahan 2 kubu di Ukraina pun mulai timbul akibat pernyataan parlemen Ukraina. Daerah timur(Luhansk, Donetsk, Crimea) Ukraina yang notabenya memiliki etnis Rusia mulai melakukan aksi kontra dengan pemerintah sementara saat itu. Hal ini menjadi titik balik Rusia untuk mengintervensi separatis yang bermunculan di Ukraina. Rusia melakukan propoganda membantu pihak yang tidak ingin etnisnya dipaksa untuk dihapus dari kehidupannya sehari-hari. Rusia juga beralih anti barat, anti kapitalis terhadap warga Timur Ukraina.
Segala upaya yang telah dilakukan Rusia cukup berhasil membuat warga Ukraina sisi timur mengikuti Rusia yang mana sosial, ras, dan kehidupannya sama dengan Rusia.
Sumber data : Jurnal.um-tapsel, Unud, BBC, CNN.